Cara terbaik untuk jatuh hati
Tak
perlu waktu yang lama untuk membuat hatiku jatuh kepadamu. Pertemuan singkat
tanpa disengaja menjadi pintu masuknya aku ke dalam dunia yang disebut “Cinta”.
Indah memang, namun juga penuh dengan lika-liku.
Saat
itu istirahat pertama, saat yang paling dinantikan oleh sejuta umat berseragam
sekolah--terlebih bagi mereka yang sedang terkena pelajaran guru killer. Tanpa ragu aku beserta sahabatku yang lain setengah berlari
menghampiri kantin sekolah. Dengan wajah sedikit lemas dan tawa kecil karena
guyonan kilat yang sering hinggap dikala obrolan tak penting, kami melewati
lapangan olahraga yang sedang ramai penghuni. Sepasang mataku dengan polosnya
memperhatikan kerumunan siswa laki-laki berseragamkan SMA yang tengah sibuk
mengejar dan dikejar demi sebuah bola
yang sering disebut basket. Tanpa bertanya pada mereka, orang lain pasti setuju
bila pesonamu lah yang paling menarik diantara yang lain. Senyum bahagia yang
tak sengaja tertangkap saat kau berhasil memasukkan bola ke dalam ring membuat
mata ini ingin berlama lama untuk memandangnya. Enggan rasanya untuk pergi
namun panggilan alam mengusik mata untuk berhenti mengulik orang itu. Cacing di
dalam perutku yang penuh ego dan tidak sabaran segera bernyanyi dengan nyaring
meminta untuk segera dipuaskan hasratnya. Dengan
penuh ketidakrelaan aku mempercepat langkahku untuk mencegah kerumunan cacing
ini lebih mengamuk.
Semenjak
hari itu aku mulai disibukkan dengan kegiatan tentangmu; dimulai dengan ingin
mencari tahu siapa namamu sampai ke hal-hal yang orang lain tidak ketahui. Aku
masuk ke dalam tahap PENASARAN. Tahap
yang sangat aku sukai.
Aku
yang termaksud tidak terlalu begitu suka memperhatikan orang sekitar, Setengah
mati mencari siasat bagaimana cara untuk mengetahui namamu. Dimulai dengan melihat
badge nama yang tertera di dada kanan
seragam osismu. Percobaan pertama dan kedua gagal. Percobaan ketiga aku hanya
mendapat nama depanmu saja. Aku cukup senang saat itu karena langkahku untuk
mengenalmu semakin dekat. Aku terus coba lagi,dan lagi karena aku bukan wanita
lemah yang mudah menyerah. Aku terus mencoba siasat itu sampai akhirnya aku
akan berhasil mendapatkan
namamu. Setelah kegagalan ke sekian kali, aku akhirnya tahu namamu dengan
menebak-nebak setiap huruf yang kudapat di setiap percobaan. YEAY! Aku senang
sekali waktu itu. Segera aku mencari namamu pada kotak pencarian di salah satu
media sosial yang sedang hits saat itu. Namun di luar
ekspektasi, hasilnya nihil.
Menyerah? Maaf aku tidak mengenal kata itu. Aku masih tetap degil, ingin
mencari tahu namamu. Siasat pertama boleh jadi kurang mujur, lalu aku pun memutar otak mencari
siasat berikutnya. Pagi, siang, sore bahkan
sebelum tidur pun, dengan begitu semangat berfikir
mencari ide yang dapat aku gunakan untuk tujuan awalku. Bak ditimpa durian runtuh, saat
sedang mengerjakan tugas fisika di tengah kerumunan kelas yang gaduh, ide segar datang menghampiri
aku yang tengah memain –
mainkan pensil sambil diketuk –
ketukan di dekat dahi. Dengan penuh percaya diri untuk mencoba siasat kedua;
Mencari tahu namanya lewat buku absen kelas. Bermodalkan huruf yang telah
didapat dari percobaan sebelumnya.
Satu per satu kelas, kamu. Iya.
Hanya untuk mencari tahu namamu.
Hari
itu tepatnya hari Sabtu, hari dimana siswa - siswa lain mungkin masih terlelap
dalam mimpinya. Maklum saja, hari ini adalah hari libur. Hanya demi mencari
namamu, aku yang biasanya selalu telat dalam kerja kelompok rela untuk datang
dua jam lebih pagi. Dengan mengebu-gebu aku ditemani dengan sahabatku menyusuri
satu per satu kelas, menelisik ke dalam setiap buku absen yang ada. Menyusuri
deretan nama yang tertera, berharap untuk menemukan kunci yang selama ini aku
cari.
BOOM!
Betapa
dewi fortuna berpihak padaku hari ini. Saat sahabatku sudah mengomel karena
belum juga menemukan namamu, hatiku terus ingin bergerak memasuki ruangan kelas
yang terletak di paling ujung koridor . Dengan memberanikan diri dan
mengabaikan keluhan sahabatku, aku menerobos masuk ruang kelas yang tidak
terkunci. Di dalam buku absen biru yang disampul bening rapih, mataku tertuju
pada satu nama yang sangat aku yakini bahwa itu adalah kamu.
Senyummu adalah candu bagiku. Yang selalu memaksaku untuk terus
memandangmu tanpa jemu. Kesederhanaanmu berhasil
menjeratku, hingga sekarang.
Aku tidak tahu apakah ini yang
namanya Cinta, yang aku ketahui hanyalah aku mencintaimu sejak pertama kali
kita bertemu.
Dan mataku tidak dapat
berpaling selain dari padamu.
Kau lihat? Hanya perlu beberapa detik bagiku untuk jatuh hati
padamu. Berawal dari senyuman lembut yang mampu membuat jantungku berdetak
lebih cepat dari biasanya. Cinta? Terlalu dini sepertinya untuk anak berseragam
putih biru seperti aku saat itu. Atau mungkin saat itu aku hanya terobsesi.
Obsesi yang keblablasan hingga sekarang.
-------------------------------------------------------------------
jangan lupa follow twitter gua ya
gengs : @annatheresia_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar