Kamis, 17 November 2016

Untuk kamu pembuat luka hatiku

Untuk kamu pembuat luka hatiku,
Terima kasih untuk waktu yang telah kita lewati bersama. Ketahuilah, tidak sedetik pun aku rela melewatkannya. Hati selalu menolak keputusan waktu dan ingin menghentikannya barang sehari. Apa boleh buat, waktu terlalu egois untuk diajak berkompromi.
Hey! Apa kabar kamu? Lama sudah kita tidak bertegur sapa. Bagaimana keadaanmu? Baik baik sajakah? Apakah kamu menikmati hari hari tanpa kehadiranku? Sepertinya kau sudah mulai terbiasa hidup tanpa aku. Sangat berbanding terbalik dengan keadaanku. Keadaanku saat ini memang baik. Hanya saja aku masih kesulitan untuk mengobati luka yang kau tinggalkan. Luka itu semakin diobati semakin melebar dan rasa sakit yang aku rasakan semakin menjadi-jadi. Terkejut? Tenang saja, aku adalah wanita yang sudah terbiasa menerima rasa sakit. Tak perlu kau khawatirkan lebih.
Sore ini hujan turun begitu derasnya. Dengan polosnya, aku lupa membawa payung. Hanya ada dua pilihan. Menunggu atau menerabas. Kau pasti tau bahwa aku tidak akan memilih pilihan pertama. Menunggu itu sangat membuang-buang waktu. Baiklah hanya ada pilihan akhir yang tersisa. Akhirnya aku memilih untuk menerobos hujan tanpa berpikir panjang tentang akibat yang akan aku terima nanti. Dulu pasti kau sangat marah mengetahui kebodohanku, dan berlari di tengah hujan untuk  mencari payung. Tapi sekarang aku tahu aku harus mandiri. Hujan bukan perkara sulit untukku. Meskipun akhirnya aku harus meringkuk kedinginan dengan hidung kemerahan. Aku bisa mandiri kan?
Di tengah dinginnya suhu bercampur rindu yang menggebu, bolehkah aku meminta kepadamu? Sederhana, tolonglah buat wanitamu yang sekarang bahagia. Jangan kau ramu luka di dalam hatinya. Jaga dan kasihi dia sepenuh hatimu. Jangan membuat hatinya menangis hanya karena sifat kekanakanmu yang cepat bosan. Berdirilah disampingnya disaat dia takut. Akuilah dia di hadapan teman temanmu. Buat dia tersenyum saat dia membutuhkan pundak untuk menangis. Temani di saat saat terburuknya dan Yakinkan dia bahwa memang kamulah yang terbaik. Sekali lagi, jangan kau ramu luka di dalam hatinya.
Seperti aku dahulu.