Selasa, 18 April 2017

Sebuah analogi


Kemarin, aku pergi mengelilingi toko sepatu salah satu brand cukup terkenal di dalam mall dekat daerah asramaku. Hari itu hari minggu dan toko sepatu yg kusinggahi cukup ramai pengunjungnya. Setelah memutari beberapa jenis sepatu, aku masih belum mendapatkan pilihanku.
Pilihan pertamaku jatuh pada sebuah sneakers berwarna biru pastel dipadu dengan warna merah jambu. Hatiku yang telah terpikat pada sepatu tersebut memutuskan untuk segera mencobanya. Setelah mencoba,ternyata kakiku terlalu besar untuk sepatu yang indah tersebut. Segera aku memanggil seorang wanita paruh baya berseragamkan hitam dan bertanya untuk nomor sepatu yang lebih besar. Wanita itu menangguk dan mengambil sepatu yang telah berhasil membuatku jatuh hati. Setelah beberapa menit menunggu, wanita tersebut datang.
"Mbak maaf, untuk sepatu yang ini hanya tersisa nomor yang ini."
Kecewa menyelimuti sekujur tubuh dan batin yang telah menunggu cukup lama. Dengan senyum yang dipaksakan aku mengangguk dan berkata,"makasih ya mbak."
Aku memutari kembali toko tersebut dan tidak ada yang berhasil kembali memikat hatiku.
Sepatu yang cantik tersebut memang indah, namun bila dipaksaan untuk memakainya kakiku akan sakit dan memar dibuatnya. Aku memutuskan untuk kembali sekedar melihat lihat kembali sepatu yang berhasil menarik minatku. Kemudian pulang dengan penuh lapang dada.


apa yang kamu sukai belum tentu cocok denganmu. Bila kau paksakan, yang ada kau  hanya menyiksa dirimu.
Apa yang cocok denganmu memang belum tentu kamu sukai. Kau tidak menaruh hati padanya meskipun dia berikan kenyamanan untukmu.
mana kau pilih?
Yang kamu sukai tapi menyakitimu atau yang tidak menarik hatimu tapi paham kebutuhanmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar